Selasa, 18 September 2012

PENDIDIKAN ANAK BANGSA YANG HILANG!


 Indonesia tidak boleh melupakan tingginya angka kemiskinan dan angka putus sekolah di kalangan masyarakat bawah. Demokrasi hanya akan berarti, jika tidak ada lagi angka putus sekolah dari SD sampai SMP akibat kemiskinan dan keterbelakangan.
Hanya dengan generasi penerus yang terdidik dan cerdas serta bermoral, maka hari depan bangsa bisa dibayangkan titik terangnya. Namun pendidikan di Indonesia semakin lama semakin mahal. Program pendidikan gratis yang diterapkan pemerintah pun masih dianggap belum efektif dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia. Masih banyak dari mereka para petinggi negara yang menyalah gunakan kekuasaan mereka dengan berkorupsi atau sebagainya..
Sehingga wajar bila banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa putus sekolah akibat masalah dana. Sebanyak 8 juta siswa SD sampai SLTP di seluruh Indonesia terancam putus sekolah. Jumlah tersebut setara 20% hingga 40% siswa SD-SMP saat ini, yaitu sekitar 40 juta siswa. Fakta 8 juta siswa yang terancam putus. Tingginya angka anak-anak yang putus sekolah ini, ditengarai menjadi pangkal dari banyaknya kasus eksploitasi anak di bawah umur, perdagangan anak (trafficking), dan narkoba.
Kita sangat prihatin terhadap tingginya angka putus sekolah akibat kemiskinan itu. Sudah semestinya pemerintah maupun kaum kaya di Indonesia perduli dan berkomitmen membantu mengatasi masalah tersebut.
Memang sejumlah perusahaan telah menunjukkan kepeduliannya. Kita mengimbau kaum kaya dan pengusaha untuk memberikan sumbangan bagi. Jika angka putus sekolah SD sampai SMA bisa diatasi, masa depan generasi mendatang sudah pasti akan lebih baik dibandingkan masa lalu yang ditandai dengan tingginya angka putus sekolah itu.
Sudah tentu, kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan murah atau gratis amat dinantikan oleh kaum miskin, agar kehidupan mereka bisa bebas dari buta pengetahuan.
Adalah tugas dan kewajiban negara dan masyarakat secara bersama untuk mencerdaskan bangsa dan menyelamatkan kaum tak punya dari keterbelakangan. Ini penting agar delapan juta siswa sekolah tidak putus di tengah jalan.
Banyak orang tua yang saat ini menjadikan anak-anak mereka sebagai alat untuk mendapatkan uang. Anak pekerja jaman sekarang mungkin kebanyakan dari kalangan keluarga menegah kebawah yang kehidupan ekonomi mereka sangat amat kurang mencukupi untuk kehidupan keluarga mereka sehari-hari, para orangtua mereka memutuskan untuk mempekerjakan anak-anak mereka sesuai kemampuan mereka mungkin ada yang ngemis atau bahkan ada yang ngamen ya macam-macam seperti apa yang sering kita lihat di pinggiran-pinggiran jalan raya di kota-kota besar itu contoh kehidupan anak pekerja sesungguhnya dengan terpaksa memutuskan pendidikan mereka dan sekaligus memutuskan cita-cita yang stiap orang pasti punya cita-cita itu terpaksa mereka hentikan karena faktor ekonomi yang mungkin kurang mendukung. Sebenarnya bukankah pemerintah sudah menurunkan dana BOS untuk 9tahun belajar ya setidaknya mereka mendapatkan ilmu pendidikan secara gratis tanpa pungutan apapun, tapi jujur saja banyak sekali kalangan-kalangan yang sering menyalahgunakan hal itu ya banyak sekali oknum yang ya bisa dikatakan curang. Buktinya masih banyak sekali dimana-mana anak-anak yang putus sekolah bahkan sama sekali belum pernah mengenyam bangku pendidikan secara layak, sangat prihatin dengan keadaan calon anak-anak bangsa Indonsia yang sama sekali tabu akan dunia pendidikan, ya saya tau memang sudah ada pejabat berpendudukan tinggi di tahta mereka sekarang memegang kekuasaan yang tinggi yang memegang urusan ini tapi semua ini saya rasa belum sangat maksimal, mungkin negeri ini di butakan oleh hukum yang kadang masalah satu tapi meributkan dan melibatkan banyak orang yang bahkan mereka tidak sempat melihat kebawah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 the other and Powered by Blogger.